- Back to Home »
- Novelku , The Pierrot Lullaby »
- The Pierrot Lullaby - Scene 1 : Secret Revealed 'The Evil Court'
Posted by : Andy Kusuma
Rabu, 07 Januari 2015
^^
The Pierrot Lullaby ^^
- Pierrot Komoriuta -
- Pierrot Komoriuta -
***
***
Scene 1 : Secret Revealed 'The Evil Court'
Scene 1 : Secret Revealed 'The Evil Court'
***
Suatu hari di Union State of Evillious, terdapat seorang pria yang mengambil keuntungan dari pengadilan pemerintah. Nama pria itu adalah Kyle Sheikh, dianggap juga sebagai "leader" oleh generasi berikutnya.
"Sekarang, mari kita
mulai pengadilan ini" ucap Kyle mengumumkan.
Dia adalah seorang 'The Evil Court' yang lebih memilih uang daripada keadilan.
Orang jahat pun bisa terselamatkan jika mereka membayar uang….
"Saya telah
memutuskan… Bahwa Tuan Gilbert, tidak bersalah…!" ucap Marlon sambil
mengetuk palunya tiga kali.
"APA?! KENAPA BISA
BEGINI?!" teriak seseorang di sana.
"Apa yang terjadi?
Padahal, orang itu bersalah… Dia telah membunuh anaknya Nyonya Akita…."
bisik seseorang.
"TIDAK BISA!
SEHARUSNYA KAU PENJARAKAN DIA SEUMUR HIDUP!" bentak orang yang
disebut-sebut itu, Akita.
"Tenang, tenang! Saya
adalah Leader-nya di sini! Jadi tidak ada yang bisa menolak keputusan
saya!" ucap Kyle dengan suara yang tegas. Suara riuh yang dibuat oleh
bisikan orang-orang yang tengah membicarakan hal ini. Sejak Kyle berprofesi
sebagai 'The Evil Court' … Pengadian ini, menjadi pengadilan yang penuh dengan
kejahatan. namun tak ada yg mengetahui bawah sang hakim juga merupakan seorang
pemimpin pembunuh bayaran dan penguasan angkatan militer negara distrik bagian utara
(distrik utama)
***
Kyle terus menapakan
kakinya menembus aula untuk beranjak keruangannya, namun ia berhenti ketika dia
melihat terdakwa kasus korupsi 'Mr.Smith' tengah menunggunya didepan pintu
ruangannya dgn membawa koper hitam.
"selamat siang tuan Kyle" ucap smith.
"selamat siang, ada apa ?"
"aku hendak memberikanmu ini" ucap smith sambil mengangkat koper yg dia jinjing setinggi dada. senyumnya tersungging menandakan seserakahannya yg mulai muncul.
"baiklah silahkan masuk tuan smith" ucap Kyle mempersilahkan smith untuk masuk kedalam ruangannya tanpa menutup rapat pintu ruangannya. disisi lain Richi, sang sekretaris pengadilan tak sengaja melewati ruangan sang hakim iblis.
"tolong anda bebaskan saya, dalam koper ini terdapat uang berjumlah 3M, saya akan berikan uang ini asal anda bebaskan saya", Richi mendengar percakapan itu ia berusaha bersembunyi di sisi dinding lain agar ia aman tapi tetap mendengar percakapan mereka. sunyinya lorong itu membuat Richi dapat mendengar dgn jelas apa yg dibicarakan mereka dalam ruangan.
"tentu tuan smith anda tak perlu khawatir, anda tinggal menunggu hasilnya dipersidangan nanti" ucap Kyle. 'ternyata selama ini hakim Kyle menerima sogokan, pantas saja dia slalu membebaskan terdakwa yg jelas-jelas bersalah' pikir Richi.
"selamat siang tuan Kyle" ucap smith.
"selamat siang, ada apa ?"
"aku hendak memberikanmu ini" ucap smith sambil mengangkat koper yg dia jinjing setinggi dada. senyumnya tersungging menandakan seserakahannya yg mulai muncul.
"baiklah silahkan masuk tuan smith" ucap Kyle mempersilahkan smith untuk masuk kedalam ruangannya tanpa menutup rapat pintu ruangannya. disisi lain Richi, sang sekretaris pengadilan tak sengaja melewati ruangan sang hakim iblis.
"tolong anda bebaskan saya, dalam koper ini terdapat uang berjumlah 3M, saya akan berikan uang ini asal anda bebaskan saya", Richi mendengar percakapan itu ia berusaha bersembunyi di sisi dinding lain agar ia aman tapi tetap mendengar percakapan mereka. sunyinya lorong itu membuat Richi dapat mendengar dgn jelas apa yg dibicarakan mereka dalam ruangan.
"tentu tuan smith anda tak perlu khawatir, anda tinggal menunggu hasilnya dipersidangan nanti" ucap Kyle. 'ternyata selama ini hakim Kyle menerima sogokan, pantas saja dia slalu membebaskan terdakwa yg jelas-jelas bersalah' pikir Richi.
"terimakasih
hakim Kyle" ucap smith menjabat tangan sang hakim, sementara Kyle masih
tersenyum. smith segera beranjak meninggalkan ruangan sang hakim. sementara Richi
yg mengetahui hal itu segera beranjak pergi meninggalkan tempat itu. 'aku harus
pergi', Richi segera berlari meninggalkan tempat itu namun tanpa dia sadari,
kartu nama bertuliskan namanya terjatuh dari dalam saku celananya.
Kyle mengantarkan smith keluar dari ruangannya, namun ketika dia hendak masuk kembali kedalam ruangannya dia melihat sebuah kartu nama tergeletak dilantai.
"Richi, cih .. jangan-jangan dia mendengar percakapan kami tadi, brengsek", gumam Kyle. Kyle yg mengetahui hal itu menjadi geram. dia segera mengunci pintu ruangannya dan segera pergi keruangan Richi.
gadis sialan, jangan harap kau bisa selamat dari hakim sepertiku ..
***
Kyle mengantarkan smith keluar dari ruangannya, namun ketika dia hendak masuk kembali kedalam ruangannya dia melihat sebuah kartu nama tergeletak dilantai.
"Richi, cih .. jangan-jangan dia mendengar percakapan kami tadi, brengsek", gumam Kyle. Kyle yg mengetahui hal itu menjadi geram. dia segera mengunci pintu ruangannya dan segera pergi keruangan Richi.
gadis sialan, jangan harap kau bisa selamat dari hakim sepertiku ..
***
Kyle telah tiba
diruang kerja pribadi Richi. ia tersenyum ketika ia melihat Richi tengah
membersihkan data-data dimejanya dan bersiap untuk pulang. namun langkahnya
terhenti ketika dia melihat sang hakim tengah berdiri tepat didepannya.
"kau tahukan?" ucap sang hakim dgn senyum anehnya.
"ma-maaf apa maksud anda pak ?" ucap Richi tergagap. Kyle smakin mendekati Richi dan ia mencengkram bahu kanan Richi.
"jangan pura-pura tak tahu, katakan kau tahukan ?", Kyle masih tersenyum, sementara Richi mulai memandang sinis kearah sang hakim. entah keberanian dari mana ia segera menyingkirkan tangan sang hakim dari bahunya.
"baiklah pak maafkan saya mungkin karena saya telah berani melawan anda, tapi semua yg telah anda lakukan itu semua salah", ucap Richi menggeram marah menatap sang hakim, sementara sang hakim hanya tersenyum iblis.
"lalu kau mau apa gadis kecil ?" ucap Kyle memandang remeh Richi.
"demi keadilan semua orang aku akan menjadi kunci keadilan itu sendiri dan anda akan segera dipenjara karnanya, maafkan saya tuan saya harus pergi" ucap Richi melenggang pergi melewati sang hakim yg sombong itu. Kyle tersenyum, hakim itu sepertinya tak memiliki rasa takut dgn ancaman Richi justru dia merasa tertantang dgn ancaman dari Richi.
"lihat saja nanti gadis kecil kujamin kau akan mendapatkan kebahagian atas perbuatanmu ini kepadaku hm ..", gumam Kyle melenggang pergi dari ruangan itu
***
"kau tahukan?" ucap sang hakim dgn senyum anehnya.
"ma-maaf apa maksud anda pak ?" ucap Richi tergagap. Kyle smakin mendekati Richi dan ia mencengkram bahu kanan Richi.
"jangan pura-pura tak tahu, katakan kau tahukan ?", Kyle masih tersenyum, sementara Richi mulai memandang sinis kearah sang hakim. entah keberanian dari mana ia segera menyingkirkan tangan sang hakim dari bahunya.
"baiklah pak maafkan saya mungkin karena saya telah berani melawan anda, tapi semua yg telah anda lakukan itu semua salah", ucap Richi menggeram marah menatap sang hakim, sementara sang hakim hanya tersenyum iblis.
"lalu kau mau apa gadis kecil ?" ucap Kyle memandang remeh Richi.
"demi keadilan semua orang aku akan menjadi kunci keadilan itu sendiri dan anda akan segera dipenjara karnanya, maafkan saya tuan saya harus pergi" ucap Richi melenggang pergi melewati sang hakim yg sombong itu. Kyle tersenyum, hakim itu sepertinya tak memiliki rasa takut dgn ancaman Richi justru dia merasa tertantang dgn ancaman dari Richi.
"lihat saja nanti gadis kecil kujamin kau akan mendapatkan kebahagian atas perbuatanmu ini kepadaku hm ..", gumam Kyle melenggang pergi dari ruangan itu
***
Richi terus berjalan
menyusuri trotoar menuju rumahnya. kini dia sampai dirumahnya, ia segera
membuka pintu dan duduk di sofa diruang tamu itu. hatinya bingung apa yg harus
dia lakukan sekarang, dia mengetahui rahasia dosa sihakim licik itu. ia sempatketakutan
dgn ancaman sang hakim.
'aku takut, bagaimana jika dia benar-benar membunuhku ?' pikir Richi namun entah kenapa dia segera menampar pipinya keras-keras.
"apa yg kupikirkan, aku harus melakukannya demi keadilan masyarakat banyak, akan kupertaruhkan nyawaku" ucap Richi meyakinkan diri, ia membuka tasnya dan mengeluarkan handphone memeriksa hasil rekamannya. ya rekaman, rekaman yg bisa ia gunakan sbg bukti kejahatan sang hakim licik. ia mendengarkan ulang percakapan sang hakim dgn terdakwa itu. tanpa diketahui siapapun, diam-diam Richi merekam semua percakapan mereka. Richi tersenyum.
"dgn ini keadilan akan benar-benar ditegakkan demi kebaikan banyak orang". Richi mematikan rekamannya dan segera memasukan audio recordernya kedalam tas dan segera beringsut menuju kekamarnya.
Richi memasuki kamarnya tanpa sengaja ia melirik kearah foto disudut kamarnya. dalam foto itu terlihat seorang remaja tengah berdiri disebelah Richi dgn senyuman yg lugu.
"Allen .. aku ingin bertemu dgnmu lama kita tak bertemu, kuharap kau tidak melupakanku" gumam Richi kala melihat kearah foto itu. Richi kembali ketujuan awalnya, mandi tanpa memperdulikan foto itu. kini Richi hanya bisa berharap agar dia bisa bertemu kawan kecilnya itu
***
'aku takut, bagaimana jika dia benar-benar membunuhku ?' pikir Richi namun entah kenapa dia segera menampar pipinya keras-keras.
"apa yg kupikirkan, aku harus melakukannya demi keadilan masyarakat banyak, akan kupertaruhkan nyawaku" ucap Richi meyakinkan diri, ia membuka tasnya dan mengeluarkan handphone memeriksa hasil rekamannya. ya rekaman, rekaman yg bisa ia gunakan sbg bukti kejahatan sang hakim licik. ia mendengarkan ulang percakapan sang hakim dgn terdakwa itu. tanpa diketahui siapapun, diam-diam Richi merekam semua percakapan mereka. Richi tersenyum.
"dgn ini keadilan akan benar-benar ditegakkan demi kebaikan banyak orang". Richi mematikan rekamannya dan segera memasukan audio recordernya kedalam tas dan segera beringsut menuju kekamarnya.
Richi memasuki kamarnya tanpa sengaja ia melirik kearah foto disudut kamarnya. dalam foto itu terlihat seorang remaja tengah berdiri disebelah Richi dgn senyuman yg lugu.
"Allen .. aku ingin bertemu dgnmu lama kita tak bertemu, kuharap kau tidak melupakanku" gumam Richi kala melihat kearah foto itu. Richi kembali ketujuan awalnya, mandi tanpa memperdulikan foto itu. kini Richi hanya bisa berharap agar dia bisa bertemu kawan kecilnya itu
***
Kyle melemparkan
foto seorang wanita dimeja. Allen terkejut melihat gadis dalam foto itu.
"Richi ..", ujar Allen terkejut.
"bunuh dia revolver", utus Kyle pada Allen sementara Allen tak dapat berkata-kata.
"ke-kenapa ? apa salahnya ?" tanya Allen, leader hanya tersenyum.
"dia telah mengganggu privasiku, dia mencoba mengumbar pekerjaanku slama ini, itulas sebabnya aku ingin dia mati".
"maaf leader aku tak bisa Richi adalah sahabatku aku tak akan mampu menyakitinya, maaf", Allen bersiap beranjak pergi meninggalkan sang leader.
"hey ingat janjimu kala itu", ujar Kyle berhasil membuat Allen berdiri terpaku. sementara Allen hanya tertunduk mengingat janjinya waktu itu.
"Richi ..", ujar Allen terkejut.
"bunuh dia revolver", utus Kyle pada Allen sementara Allen tak dapat berkata-kata.
"ke-kenapa ? apa salahnya ?" tanya Allen, leader hanya tersenyum.
"dia telah mengganggu privasiku, dia mencoba mengumbar pekerjaanku slama ini, itulas sebabnya aku ingin dia mati".
"maaf leader aku tak bisa Richi adalah sahabatku aku tak akan mampu menyakitinya, maaf", Allen bersiap beranjak pergi meninggalkan sang leader.
"hey ingat janjimu kala itu", ujar Kyle berhasil membuat Allen berdiri terpaku. sementara Allen hanya tertunduk mengingat janjinya waktu itu.
-
Flashback Allen ON -
"ini belum cukup untukku", ucap Allen ketika dia berlati diruangan khusus sniper, dia mengambil sebuah kain dari saku celananya dan menutup matanya dgn kain itu. ia menodongkan kembali pistolnya kearah sasaran. dan ..
.. DOR ..
Peluru itu meluncur dari revolvernya. ia membuka kain penutup matanya dan melihat hasil tembakannya. dia tersenyum setelah mengetahui pelurunya tepat mengenai tengah sasaran.
"aku 'The Last Revolver - Allen Arora' akan mengikuti apapun tugas yg diberikan padaku apapun keadaannya, itu janjiku".
-
End Flashback Allen -
"kau ingat janjimukan Allen ?" ujar Kyle meyakinkan Allen. Allen yg terdiam hanya bisa mengepalkan tangannya dgn erat. perlahan air matanya menetes. giginya gemeretakan karena amarahnya yg meluap.
"akan kulakukan leader", ucap revolver sementara sang leader tersenyum menang.
Allen
membuka pintu ruangan sang hakim air matanya tak henti-hentinya mengalir &
terus mengucur.
Next - Scene 2 : Please Say Good Bye - 'The Last Revolver'