- Back to Home »
- Cerita pendek , Cerpen Aku Anak Indonesia The Series »
- Generasi Penerus Bangsa
Posted by : Andy Kusuma
Senin, 31 Agustus 2015
Generasi Penerus Bangsa
Naskah : Andy Kusumawardhani
Lolos moderasi pada :22 Agustus 2015
*****
Pagi itu, Gio melangkahkan kaki dengan semangat menuju kesekolahnya dengan proposal lomba yang diadakan OSIS dalam genggamannya. Sebagai seorang ketua OSIS SMA INDONESIA, hari ini dai wajib untuk datang lebih pagi untuk mempersiapkan lomba yang akan diadakan hari ini untuk merayakan dirgahayu indonesia, sementara 2 hari lagi tepatnya tanggal 17 agustus sma indonesia juga akan mengadakan upacara kemerdekaan. Ditengah perjalananya dia tak sengaja bertemu salah seorang sahabatnya yaitu Dinda, yang juga menjabat sebagai sekretaris & seksi perencanaan osis sma indonesia.
“hai, din kenapa berhenti disini? Ada apa ? Dan kenapa wajahmu terlihat kusut?” tanya Gio menyadari keanehan pada Dinda.
"oh hai Gio, Tidak aku hanya berpikir saja, kenapa zaman sekarang ini anak-anak muda generasi penerus bangsa begitu jelek akhlak dan moralnya, lihat saja itu!" menunjuk anak-anak smp yang bergaya seperti brandalan. "Lihat itu,cara mereka berpakaian, berkata-kata kotor, merokok, bahkan bolos disaat waktunya mereka untuk bersekolah. aku sedih sekali melihatnya, apa jadinya bangsa ini jika penerusnya seperti itu".
“iya din bahkan tidak hanya itu,tawuran antar pelajar,balap liar oleh pelajar pun juga mulai bermunculan. Sekarang apa yang bisa kita lakukan hanyalah memberi nasehat positif pada mereka, karena tak ada yang bisa merubah mereka selain diri mereka sendiri kan!”jelas Gio dan dibalas anggukan kecil oleh Dinda
Namun entah darimana tiba-tiba munculah Rey sambil menepuk bahu Gio dan Dinda bersamaan. "Hai teman-teman, kalian sedang apa kayaknya serius sekali,mending ayo jalan sama-sama kesekolah, ntar terlambat lo, hari ini kan kita ada jadwal lomba pidato, karya tulis, futsal dan bulu tangkis yang harus kita preparing, masa’ kita sebagai panitia malah terlambat hehehe" tawar Rey dengan senyum manis mengembang dibibirnya.
"Oh kau Rey iya ayo, kami hanya sedang membicarakan mengenai generasi penerus bangsa dizaman sekarang yang begitu jelek akhlak dan moralnya" sambut Gio.
"ya memang anak-anak muda Indonesia dizaman sekarang banyak yang rusak akhlaknya kasus-kasus seperti hamil diluar nikah, pelajar yang mengkonsumsi narkoba, tawuran antar pelajar, hal-hal seperti itu sudah bukan hal tabu dikalangan anak muda dan masyarakat zaman sekarang. Meskipun demikian banyak juga kok anak muda Indonesia yang berprestasi, banyak anak-anak Indonesia yang berhasil menjadi juara dikejuaraan internasional baik dalam bidang akademik maupun non akademik kan?," jelas Rey.
“ya kau benar Rey, banyak juga yang berprestasi bahkan sampai ditawar untuk bersekolah diluar negeri, contohnya kamu kan Rey?” goda Dinda
“hahaha kau terlalu pintar memujiku din, tapi sebenarnya tak ada orang yang pintar maupun bodoh loh, hanya saja semua itu diperoleh sejauh dan sekeras apa orang itu untuk menggali ilmu yang datang, kalau soal beasiswa di jepang itu kutolak karena aku masih mencintai negeri ini dan tentunya teman - temanku disini hehehe” tandas Rey dibalas dengan senyuman dari Gio dan Dinda.
*****
Perlombaan berjalan dengan lancar mulai dari lomba pidato, cipta karya tulis, futsal dan bulu tangkis bisa berjalan dengan baik. Begitupun dengan pembagian hadiah untuk pemenang lomba. Gio, Dinda dan Rey tengah bergegas untuk pulang kerumah mereka, ketika diperjalan mereka berhenti di sebuah halte bus dan mendapati seorang kakek tua yang nampak kelelahan tengah sibuk menjajakan snack dan minuman yang dia jual.
“kek sepertinya kakek kelelahan ada yang bisa kami bantu kek”tawar Gio pada kakek itu
“tidak perlu nak, kakek nggak apa-apa kok” jawab kakek itu
“kakek nampak kelelahan, lebih baik kakek istirahat dulu, biar dagangan kakek kami yang jualkan” jelas Dinda
“tapi nak ..”
“tak apa kek, kami ikhlas justru kami akan merasa sedih jika kakek menolak tawaran baik kami” balas Rey dan dibalas anggukan lemah dari sang kakek. Gio, Dinda dan Rey langsung membagi dagangan kakek itu dan menjualnya dilokasi yang berbeda. Setelah 2 jam berlalu mereka kembali ke halte dimana sang kakek tengah menunggu.
“kek, ini hasil jualnya, alhamdullilah kek laku banyak meskipun tak habis”
“terima kasih ya nak kalian memang anak-anak yang pengertian”ucap sang kakek dengan senyum syukur tergores diwajahnya. Gio, dind dan Rey langsung membantu sang kakek dan mengantarkan kakek itu pulang kerumahnya yang tak jauh dari halte. Ketika sampai disana mereka terhenyak ketika memendang rumah sang kakek yang sebenarnya sudah tak layak huni. Kayu-kayu yg Reyot, dinding dari kayu yang mulai mengelupas ditambah ubin lantai rumah yang masih berupa tanah.
“kakek disini tinggal dengan siapa ?” tanya Dinda hati-hati.
“kakek tinggal sendiri karena putra kakek merantau ke sulawesi pasca orde reformasi 98”
“apa ? Jadi kakek dan putra kakek sudah lama terpisah, lalu apa kakek pernah berhubungan dengan putra kakek” ucap Gio terkejut mendengar penuturan sang kakek.
“ya pernah tapi jika ingin menelponnya ya kakek harus meminjam telefon tetangga dan terakhir kakek menghubunginya sekitar 6 bulan yang lalu” jelas sang kakek. Disisi lain Rey tengah sibuk mengelilingi rumah sang kakek melihat sebuah foto lama seorang pejuang muda yang nampak gagah dengan seragam PETA yang dikenakannya. Dan dibagian bawah foto itu terdapat sebuah tulisn bernama, “kusno waluyo”.
“kek maaf nama kakek siapa ya ?” tanya Rey yang mulai menyadari orang dan nama dalam foto itu.
“nama kakek kusno waluyo, dan nama kalian siapa ya?”
“perkenalkan kek nama saya Rey, dan mereka teman saya Gio dan Dinda” ucap Rey memperkenalkan Gio dan Dinda. “dan berarti benar ini adalah foto kakek?”sambung Rey sambil menyerahkan foto itu pada sang kakek
“ya ini memang saya, ini saya ketika saya masih mengikuti pertempuran PETA melawan penjajah usai kemerdekaan dulu ”
“berarti kakek adalah seorang pejuang” tebak Dinda dan dibalas anggukan dari sang kakek.
“lalu kenapa kakek tidak mendapat kompensasi dari pemerintah seperti para pejuang yang lainnya”tanya Gio.
“nak .. Tidak semua para pejuang itu mendapat kompensasi atas kerja keras mereka dulu, mereka tak mengharapkan itu semua, yang mereka harapkan adalah kemenangan dan kebebasan dalam memerdekakan bangsa ini, termasuk kakek ini. Karena yang terpenting bagi kakek dulu adalah kemerdekaan bangsa dan tunas mudanya. Kami tahu dan rela jika esok kami harus tergerus waktu dan mulai terlupakan oleh generasi muda esok karena yang paling penting bagi kami adalah bangsa ini. Dan setelah ini kami hanya bisa menyerahkan bangsa dan negara ini kepada generasi penerus bangsa yang baru”
*****
“aku masih terfikirkan oleh kata-kata kakek kusno mengenai perasaan para pejuang dulu. Mereka tanpa pamrih dan tak mengenal takut berusaha untuk merebut kemerdekaan, bersusah payah melawan penjajah dan rela bertaruh nyawa demi terciptanya sebuah negara yang sekarang kita sebut indonesia ini” keluh Gio dalam perjalanan usai mengunjungi rumah kakek kusno.
“ya bukan hanya kau Gio, aku juga merasa demikian. Sebagai generasi penerus bangsa aku merasa tak mampu untuk menjaga apa yang mereka titipkan kepada kita” sambung Dinda.
“ya tapi pada dasarnya tak cukup jika kita saja yang mengembangkan bangsa ini. Kita tak mungkin bisa menjaga negara ini sendiri, seharusnya kita semua harus bekerja sama menjaganya.” ucap Rey membenarkan perkataan Dinda dan Gio.
“kita harus membuat para pemuda dapat menghargai apa yang telah pejuang dulu lakukan dengan cara menbantu mereka, karena sepertinya pejuang di sekitar komplek tempat tinggal pak kusno tadi cukup banyak” usul Dinda
Gio mengangguk menyetujui usul Dinda, namun tiba-tiba Rey mengusulkan sesuatu, “aku ada ide kemarilah biar kuberitahu”.
*****
Keesokan harinya, usai lomba hari kedua diadakan, Gio Rey dan Dinda tengah berkumpul membahas rencana merela kemarin.“ya untunglah kepala sekolah menyetujui usul OSIS untuk mengadakan acara amal dan bakti sosial untuk para pejuang yang kau usulkan itu Rey dan tadi juga disela-sela lomba rapat panitia juga banyak yang menyetujuinya,berarti kita tinggal survei lapangan dan buat surat pengajuan acara sekolah kepada RT setempat. Nanti Rey, kau ikut aku survei lapangan dan Dinda nanti tolong buat suratnya ya, biar nanti malam dapat langsung dikirim kepada RT setempat dan acara dapat langsung diadakan besok”ucap Gio mengawali.
“ok sip, dengan begini para pemuda zaman sekarang tak kalah dari pemuda zaman dulu, meski ini hanya dalam lingkup sekolah tapi ini adalah permulaan yang cukup bagus” sahut Rey
“syukurlah kalau begitu, kakek kusno juga harus diberitahu juga ya, sepertinya nanti dia akan senang”, ucap Dinda merasakan sesuatu yang baik akan terjadi
“ya nanti biar aku dan Rey yang memberitahukan pada beliau”
*****
Keesokan harinya siswa dan siswi SMA Indonesia menuju kelokasi tempat diadakannya acara amal OSIS merek, acara itu terlihat ramai karena terbuka bagi siapapun. Dana sumbangan dikumpulkan untuk disumbangkan kepada para pejuang. Beragam penampilan ditampilkan dalam acara itu seperti dance, breakdance, menyanyi, bermain alt musik dan masih banyak lainnya karena acara itu terbuka bagi siapaun yang ingin melihat maupun menampilkan pertunjukan semenarik mungkin. Gio, Rey, Dinda, panitia dan anggota OSIS yang lain tersenyum melihat acara ini berjalan lancar dan ramai karena adanya antusiasme yang besar dari pihak luar juga. Tanpa diduga tiba-tiba Gio menuju ketengah acara dan menyambar mic yang ada.
“terima kasih untuk semua yang telah hadir dan berpartisipasi dalam acara amal ini baik dari pihak sekolah kami maupun pihak lain, acara ini kami adakan untuk menampilkan dan menunjukan bahwa generasi muda zaman sekarang juga hebat. Dengan pikiran dan ilmu yang kita miliki kita akan menjaga apa yang telah para pejuang negri ini titipkan kepada kami. sebagai pemuda-pemudi kita harus semangat melakukan kegiatan yang baik daripada melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, lebih baik kita berkarya dan menyalurkan apa yang kita bisa demi negeri ini. Apa kita tidak kasihan ?, Pejuang sudah berkorban seluruh jiwa dan raganya untuk negeri ini. Tanpa para pejuang negeri kita tidak akan merdeka dan mungkin kita sekarang masih dijajah oleh bangsa lain, ayolah mulai sekarang mari kita jadikan acara ini untuk sebagai ucapan rasa terima kasih kita untuk para pejuang negeri ini, dan kita tunjukkan bahwa generasi muda zaman ini tidak semuanya jelek akhlaknya dan tidak kalah dengan generasi muda zaman dulu. Kalau generasi muda dulu berjuang dengan darah dan keringatnya demi meraih kemerdekaan, mari kita tunjukkan bahwa generasi muda zaman sekarang bisa berkarya dan menyalurkan bakatnya demi memajukan negeri ini. Sekian terima kasih", tepuk tangan terdengar ketika Gio menyelesaikn pidato singkatnya, semangatnya mewakili generasi muda akhirnya merubah persepsi masyarakat tentang generasi pemuda sekarang. Acara mesih terus berlanjut hingga akhir acara dan diakhir acara panitia beserta osis memberikan dana amal itu kepada kek kusno dan para pejuan lain yang berada di sekitar komplek area tempat diadakannya acara. Dan akhirnya acara berjalan dengan lancar.
*****
Keesokan harinya, tepat pada tanggal 17 Agustus upacara kemerdekaan dilaksanakan di SMA Indonesia dengan tertib dan lancar. Sang saka merah putih berhasil dikibarkan dilangit biru diiringi lagu indonesia raya dan hormat dari para pemuda penerus bangsa. Kini kita sebagai generasi penerus bangsa yang harus kita lakukan adalah menjaga apa yang telah para pejuang titipkan kepada kita, bukan dengan keringat dan darah tapi dengan ilmu dan kemampuan diri untuk memajukan negeri ini ... INDONESIA!!!
*****
Akhirnya Selesai Juga Cerpenku Buat Menyambut Momen Kemerdekaan, Ya Meskipun Telat Tapi Setidaknya Ada Niatan Dari Gw Buat Bikin Nih Cerpen. Yaudahlah Thanks Buat Yang Sudah Mau Baca Dan Tambahan Lagi, Karakter Disini Gw Ambil Dari Nama Cast AAI Biar Mudah Ngbayanginnya Yaitu Giorgino Abraham (Gio), Dante Valreand (Rei), Dan Dinda Hauw (Dinda) Hahahaha ... See You Guys!!!
kpikir Anime .. ternyata cman cerita .... t lmayan lah
BalasHapus