- Back to Home »
- Cerita pendek »
- Psychopat
Posted by : Andy Kusuma
Senin, 31 Agustus 2015
Psychopat
Naskah : andy kusumawardhani
Ide cerita : Momo angelina
Ide cerita : Momo angelina
Lolos moderasi pada : 29 Mei 2015
*****
*****
Siang itu langit terlihat mendung, koridor rumah sakit terlihat lengang, hanya beberapa suster jaga yang mondar -mandir dari satu ruangan ke ruangan yang lain untuk memeriksa kondisi pasien.
"Selamat siang" sapa dokter Gita kala memasuki sebuah ruangan
"Siang dokter" jawab seorang cowok muda, badannya tegap berisi
dengan beberapa tonjolan otot di badannya, tingginya sekitar 178 cm,
wajahnya bisa dibilang sangat menawan, dengan warna kulit khas penduduk Asia dan sebuah kacamata single yang dia kenakan.
dengan beberapa tonjolan otot di badannya, tingginya sekitar 178 cm,
wajahnya bisa dibilang sangat menawan, dengan warna kulit khas penduduk Asia dan sebuah kacamata single yang dia kenakan.
“Baiklah Andy, kenalkan,
nama saya Regita tapi kamu boleh panggil saya dokter Gita. Saya di sini untuk mendengarkan kamu cerita jadi, kamu boleh cerita apa saja pada saya, kamu maukan?” tanya Dokter Gita dengan sangat ramah. Dokter Gita adalah anak dari Dokter kepala di Rumah Sakit itu usianya baru menginjak 21 tahun, wajahnya cantik dengan bibir tipis dan pipi yang agak berisi.
nama saya Regita tapi kamu boleh panggil saya dokter Gita. Saya di sini untuk mendengarkan kamu cerita jadi, kamu boleh cerita apa saja pada saya, kamu maukan?” tanya Dokter Gita dengan sangat ramah. Dokter Gita adalah anak dari Dokter kepala di Rumah Sakit itu usianya baru menginjak 21 tahun, wajahnya cantik dengan bibir tipis dan pipi yang agak berisi.
“Tapi saya tidak punya cerita yang akan saya bagi ke dokter” kata cowok yang dipanggil Andy itu.
"baiklah, kita mulai dari bagaimana bisa kau berada disini? padahal seharusnya kau sekolah ditingkat akhir SMA diumurmu yang ke-18 tahun ini kan?"
"saya tak tahu dok, mungkin karena mereka mengganggap saya gila sejak saya kehilangan teman dan orang yang saya cintai"
"lalu kemana teman dan orang yang kau cintai itu sekarang?" tanya dokter Gita lembut
"mereka sudah mati" jawab Andy tanpa ekspresi.
"benarkah? bisa kau ceritakan bagaimana mereka itu menurutmu" tanya dokter Gita sambil mulai menyalakan tape recorder yg dia persiapkan sebelumnya sementara Andy mengangguk kecil tanda meng-iyakan ucapan dokter Gita.
****
"hey ndy nanti sore ayo kita pergi ke mall ya, temenin aku cari baju ya sekalian beliin pacarku, maukan?" ucap ayu, sahabat terbaikku.
"hey ndy nanti sore ayo kita pergi ke mall ya, temenin aku cari baju ya sekalian beliin pacarku, maukan?" ucap ayu, sahabat terbaikku.
"iya" jawabku acuh. ayu adalah sahabat terbaikku, aku sebenarnya suka juga punya sahabat yang peduli dan perhatian padaku sepertinya. namun tak jarang pula aku benci padanya terutama jika menyangkut ego dan sifatnya yang kekanak-kanakan hingga membuat emosiku memuncak, dan aku juga merasa seperti hanya seperti tangan kanan baginya. bukankah itu gila?
sore itu aku tak jadi mengantarnya dan membatalkan acara sepihak karena aku sibuk mengurus tugas praktiku yang belum tuntas. ia sangat marah padaku meski kujelaskan alasannya, tetap saja dia marah padaku. dengan emosi, kututup panggilanku padanya tanpa peduli dia yg masih mengoceh diujung sana.
keesokan harinya aku mendapat kabar bahwa ayu tewas dibunuh dengan 2 luka tusukan dileher dan perutnya oleh seseorang diarea taman sekitar mall,kejadian ini terjadi karena diperkirakan dia tewas karena perampokan sebab barang berharga milik ayu juga hilang. mendengar kabar itu aku terkejut karena ia tak biasa pergi sendiri kemall, pasti ada yang menemaninya namun sayangnya tak ada yang tahu apa yg terjadi sebenarnya.
Hari berganti bulan, aku mulai bisa menjalani kehidupanku dengan normal, bayangan
ayu yang slalu perduli padaku perlahan menyemu di benakku, meski aku sebenarnya rindu pada sosoknya. Selain ayu, aku juga mempunyai beberapa teman yang lumayan dekat denganku meski tak terlalu akrab, mereka adalah Dewa, Dennis dan Adi.
ayu yang slalu perduli padaku perlahan menyemu di benakku, meski aku sebenarnya rindu pada sosoknya. Selain ayu, aku juga mempunyai beberapa teman yang lumayan dekat denganku meski tak terlalu akrab, mereka adalah Dewa, Dennis dan Adi.
Kepada mereka sesungguhnya aku tak terlalu suka dengan sikap mereka,kecuali Dewa. Dewa adalah leader organisasi ekskul sekolah, dia adalah sosok orang yang kucintai meski kutahu dia straight. Dennis adalah teman sebangku-ku, sebenarnya dia baik hanya saja terkadang dia suka menjailiku hingga membuatku kesal dan emosi. sedangkan Adi adalah wakil dewa diekskul sekaligus sahabat terdekatnya, meski terkadang mereka juga bertengkar hebat tapi ujung-ujungnya pasti bersatu lagi. hanya saja yang tidak kusukai dari dewa dan adi yaitu mereka yang selalu kompak entah itu dalam hal yang baik maupun kompak dalam hal yang buruk meskipun sedikit. shit .. it's a pride yeah!
"di, entar kita nyerahin proposal eskul dulu kesekolah ya, biar gak ditunda-tunda mulu" kata dewa
"ok", ucap adi mengiyakan. terkadang aku merasa tak suka ketika kedekatan mereka semakin terjalin, apalagi mereka kini menjadi ketua dan wakil di org-ekskul sementara aku hanya sebagai seksi strategi perencanaan yang bertugas sebagai perencana kegiatan ekskul.
"lebih baik kalian serahin aja kerumah pak arif sepulang sekolah, biar bisa langsung dievaluasi. kan dia pembimbing ekskul yang baru" usulku pada dewa dan adi, mereka terdiam sejenak namun tak lama kemudian mereka mengangguk berbarengan.
"ide bagus ndy, thanks ya" ucap adi sambil mengacungkan satu jempolnya kearahku, aku tersenyum dan segera beranjak pergi menuju tempat parkir.
Keesokan harinya aku mendapatkan kabar bahwa Adi dan Dewa meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. sepeda motor milik dewa yang mereka kendarai ringsek masuk jurang sementara dewa dan adi kabarnya meninggal karena terpental dari sepeda motornya usai menabrak sebuah pohon pinus dan langsung tewas ditempat kejadian. aku terkejut mendengar kabar itu apalagi salah satunya adalah orang yang kucintai.
Apapun yang terjadi hidup harus tetap berlangsung. Itulah kata yang selalu terucap dari seorang dimasa lalu ku. Kini aku mulai menata hidup ku lagi tanpa Ayu, tanpa Adi dan Dewa. teman-teman yang kukagumi dan kini hanya ada Dennis. Dennis adalah cowok yang baik namun ternyata jika sedang buruk ia tak ubahnya seekor singa yang sedang mengintai dan kapan saja siap untuk menerkam mangsanya dari segala arah. termasuk korbannya aku. akhir-akhir ini tiap hari dennis terus menjailiku, aku hanya bisa bersabar. karena memang tak ada yang bisa kulakukan selain diam, dan perilakunya ini padaku semakin membuatku benci padanya. Ironisnya beberapa hari setelah aku mulai membencinya, dennis ditemukan meninggal dengan sebuah luka tusukan dipunggung tepat dijantungnya dibangunan kosong belakang, entah siapa yang membunuhnya dan sampai sekarang semuanya masih misteri.
hari kehari pun kulalu tanpa mereka, ekskul kami pun masih berjalan normal hanya saja ketua pengganti dewa adalah teman sekelasku juga namanya Nur, cewek yang judes dan galak. aku benci dia, karena menurutku orang seperti dia tak pantas berada di org-ekskul ini, apalagi pengganti dewa yang kalem tapi tegas. hingga suatu hari org-ekskul mengadakan perkemahan besar-besaran untuk semua anggota jurusan ekskul. sayangnya semua ternyata tak berjalan mulus, dihari ke-2 Nur dinyatakan hilang dan ternyata Nur ditemukan tewas dibawah tebing dihari ke-4. kematiannya dinyatakan sebagai kecelakaan.
***
"Ketika mereka meninggal, apa yang kamu rasakan ?" tanya Dokter Gita lembut namun keras. Andy tak menjawab ia masih menunduk sedih, "Kenapa kamu diam ? apa yang kamu rasakan ketika mengetahui mereka meninggal ?” tanya Dokter Gita lagi dengan nada suara yang mulai meninggi. "sahabatmu Ayu, orang yg kau cintai Dewa, temanmu Dennis, Nur dan Adi adalah orang yang dekat denganmu, apa yang kamu rasakan ketika mereka meninggal? katakan! dari ekspresimu ada kesedihan yg terlihat meski kau tidak menyukai mereka”
"Ketika mereka meninggal, apa yang kamu rasakan ?" tanya Dokter Gita lembut namun keras. Andy tak menjawab ia masih menunduk sedih, "Kenapa kamu diam ? apa yang kamu rasakan ketika mengetahui mereka meninggal ?” tanya Dokter Gita lagi dengan nada suara yang mulai meninggi. "sahabatmu Ayu, orang yg kau cintai Dewa, temanmu Dennis, Nur dan Adi adalah orang yang dekat denganmu, apa yang kamu rasakan ketika mereka meninggal? katakan! dari ekspresimu ada kesedihan yg terlihat meski kau tidak menyukai mereka”
wajah Andy tiba-tiba berubah, matanya yang tadi lembut dan terlihat sedih kini berubah menjadi tatapan tajam, dan ekspresinya yang tadi terlihat sedih kini berubah keras dan tanpa ekspresi menyiratkan sebuah tanda tanya besar.
“mereka semua pantas untuk mati, mereka semua tak pernah menghargai keberadaanku, Ayu nggak pernah menghargai aku sebagai sahabatnya, dan lebih mementingkan egonya sendiri, dia hanya menganggap ku sebagai pesuruhnya. Dewa dan Adi, mereka selalu membuatku nggak nyaman, mereka selalu bersama, kau tahu aku mencintai Dewa dan cintanya itu tak akan pernah kumilikikan, jadi kufikir tak ada yang boleh memilikinya selain aku, termasuk Adi. Dennis, dia itu cowok munafik, yang beraninya sama yang lemah. sedangkan Nur, hm .. anggap saja aku adalah wakil dari orang-orang yang benci pada cewek sok kayak dia. ya jadi pantaslah kini mereka mati, biarkan saja tubuh mereka terkubur dalam tanah dan perilaku mereka padaku hahaha .."
"jadi kau tahu siapa yang membuat mereka meninggal Ndy?” tanya Dokter Gita
"hahahaha tahu, itu semuakan karena aku Dok” jawab Andy dengan tawa riang, hingga membuat dokter Gita terkejut
"lalu bagaimana cara kamu membunuh mereka ?” tanya Dokter Gita penasaran.
"malam harinya, saat ayu marah karena aku tidak jadi menemaninya ke mall sore tadi, aku katakan padanya bahwa aku ingin menemuinya, dan akhirnya aku bisa menemuinya. ketika didalam mobil Aku langsung menutup mulutnya dengan lakban dan mengunci tangannya yang terus memberontak hahahaha, jeritannya benar benar indah” kata andy santai, sementara dokter gita mulai bergidik ngeri. "setelah menguncinya, aku mengeluarkan pisau yang telah kupersiapkan sebelumnya di jok mobil dan menusukan pisau itu pada ayu tepat dilehernya dan diperutnya, dia terlihat menangis tapi sepertinya tak sebanding dengan perlakuannya padaku, yang paling bagus aku membuang mayatnya ditaman dan mengambil barang berharganya untuk menghilangkan jejak sekaligus biar mereka mengira ayu telah dirampok, tapi meski begitu barangnya tadi sudah kubuang kesungai. bukankah itu drama yang bagus hahaha"
"lalu bagaimana kau bisa membunuh dewa dan adi dalam kecelakaan?"
"ya kalau itu karena aku memotong kedua kabel rem sepeda dewa, sekaligus memanfaatkan jurang yang ada dilingkungan perjalanan menuju rumah pak arif, karena itu aku menyuruh mereka kerumah pak arif bukan kesekolah. ya mungkin mereka terlalu ngebut dan braak nabrak deh hahahaha"
"bagaimana dengan dennis bukankah kau bilang kau tak bisa melawannya? lalu bagaimana bisa kau membunuhnya?" tanya dokter gita
"ya dia memang sedikit susah tapi semuanya bisa kuatasi" jawab andy dengan senyum riang
"bagaimana bisa?"
"waktu itu waktu pulang sekolah kulihat dia pergi kebelakang sekolah, melihat itu aku langsung mengambil tongkat balok dari dalam gudang dan ketika aku masuk mendekatinya aku langsung memukul kepalanya 3 kali dan dia pun jatuh tersungkur hahaha. yang hebatnya dia masih sadar meski sudah kupukul kepalanya dan berusaha melawanku tapi dia gagal ketika aku menusukan 2 pisau yang sudah
kusiapkan ditasku tepat dipunggungnya sebanyak
5 tusukan dan endingnya aku memindahkan mayat itu kegedung kosong disebelahnya untuk menghilangkan jejak"
kusiapkan ditasku tepat dipunggungnya sebanyak
5 tusukan dan endingnya aku memindahkan mayat itu kegedung kosong disebelahnya untuk menghilangkan jejak"
"dan yang terakhir, nur?"
"kalau dia sih kuculik ketika dia siap -siap mandi di danau, gak ada yang spesial sih dari nur dia cuma kudorong dari atas tebing hingga jatuh kebawah dan M-A-T-I, mati hahaha, bagus kan dok?"
"baiklah, sekarang apa kamu menyesal telah membunuh mereka?" ucap dokter gita pada andy, sementara andy hanya bisa diam.
****
hari ini genap 10 bulan andy mengunci diri disebuah villa yang telah dipersiapkan orang tuanya setelah mengetahui anak mereka seorang psycho. kini andy terlihat lebih fresh dari 10 bulan yang lalu akibat terapi psikis yang telah dia jalani selama ini, tapi meskipun begitu tak jarang pula dia merasa benci pada seseorang dan ingin menghilangkannya dari muka bumi. dari kecil, andy sudah dididik keras oleh ayahnya, dari kecil pula ia sudah sendirian dan terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. ia lebih sering dekat dengan anak cewek hingga ia dicap banci oleh teman laki-lakinya hingga tak jarang ia merasa marah dan mengamuk sendirian. Setiap kemarahan yang andy rasakan akan ia simpan hingga ada sesuatu hal yang dapat memancing energi itu keluar dan ketika energi itu keluar maka banyak hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi.
hari ini genap 10 bulan andy mengunci diri disebuah villa yang telah dipersiapkan orang tuanya setelah mengetahui anak mereka seorang psycho. kini andy terlihat lebih fresh dari 10 bulan yang lalu akibat terapi psikis yang telah dia jalani selama ini, tapi meskipun begitu tak jarang pula dia merasa benci pada seseorang dan ingin menghilangkannya dari muka bumi. dari kecil, andy sudah dididik keras oleh ayahnya, dari kecil pula ia sudah sendirian dan terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. ia lebih sering dekat dengan anak cewek hingga ia dicap banci oleh teman laki-lakinya hingga tak jarang ia merasa marah dan mengamuk sendirian. Setiap kemarahan yang andy rasakan akan ia simpan hingga ada sesuatu hal yang dapat memancing energi itu keluar dan ketika energi itu keluar maka banyak hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi.
- The End –
Arrghhh…. Gomen ne!!! gw juga gk nyangka pake nama temen jadi gampang ngebayanginnya wkwkwkwk yaudah buat temen-temen ane yang namanya kecantol di cerpen gw ini … gomenasai karena karangan ini gak ada unsur disengaja kok jadi kalo ada yang tersinggung sekali lagi gomen … arigatou gozaimasu