Popular Post

Archive for Agustus 2015

Generasi Penerus Bangsa

By : Andy Kusuma
Generasi Penerus Bangsa

Naskah : Andy Kusumawardhani
Lolos moderasi pada :22 Agustus 2015
*****

Pagi itu, Gio melangkahkan kaki dengan semangat menuju kesekolahnya dengan proposal lomba yang diadakan OSIS dalam genggamannya. Sebagai seorang ketua OSIS SMA INDONESIA, hari ini dai wajib untuk datang lebih pagi untuk mempersiapkan lomba yang akan diadakan hari ini untuk merayakan dirgahayu indonesia, sementara 2 hari lagi tepatnya tanggal 17 agustus sma indonesia juga akan mengadakan upacara kemerdekaan. Ditengah perjalananya dia tak sengaja bertemu salah seorang sahabatnya yaitu Dinda, yang juga menjabat sebagai sekretaris & seksi perencanaan osis sma indonesia.

“hai, din kenapa berhenti disini? Ada apa ? Dan kenapa wajahmu terlihat kusut?” tanya Gio menyadari keanehan pada Dinda.

"oh hai Gio, Tidak aku hanya berpikir saja, kenapa zaman sekarang ini anak-anak muda generasi penerus bangsa begitu jelek akhlak dan moralnya, lihat saja itu!" menunjuk anak-anak smp yang bergaya seperti brandalan. "Lihat itu,cara mereka berpakaian, berkata-kata kotor, merokok, bahkan bolos disaat waktunya mereka untuk bersekolah. aku sedih sekali melihatnya, apa jadinya bangsa ini jika penerusnya seperti itu".

“iya din bahkan tidak hanya itu,tawuran antar pelajar,balap liar oleh pelajar pun juga mulai bermunculan. Sekarang apa yang bisa kita lakukan hanyalah memberi nasehat positif pada mereka, karena tak ada yang bisa merubah mereka selain diri mereka sendiri kan!”jelas Gio dan dibalas anggukan kecil oleh Dinda

Namun entah darimana tiba-tiba munculah Rey sambil menepuk bahu Gio dan Dinda bersamaan. "Hai teman-teman, kalian sedang apa kayaknya serius sekali,mending ayo jalan sama-sama kesekolah, ntar terlambat lo, hari ini kan kita ada jadwal lomba pidato, karya tulis, futsal dan bulu tangkis yang harus kita preparing, masa’ kita sebagai panitia malah terlambat hehehe" tawar Rey dengan senyum manis mengembang dibibirnya.

"Oh kau Rey iya ayo, kami hanya sedang membicarakan mengenai generasi penerus bangsa dizaman sekarang yang begitu jelek akhlak dan moralnya" sambut Gio.

"ya memang anak-anak muda Indonesia dizaman sekarang banyak yang rusak akhlaknya kasus-kasus seperti hamil diluar nikah, pelajar yang mengkonsumsi narkoba, tawuran antar pelajar, hal-hal seperti itu sudah bukan hal tabu dikalangan anak muda dan masyarakat zaman sekarang. Meskipun demikian banyak juga kok anak muda Indonesia yang berprestasi, banyak anak-anak Indonesia yang berhasil menjadi juara dikejuaraan internasional baik dalam bidang akademik maupun non akademik kan?," jelas Rey.

“ya kau benar Rey, banyak juga yang berprestasi bahkan sampai ditawar untuk bersekolah diluar negeri, contohnya kamu kan Rey?” goda Dinda

“hahaha kau terlalu pintar memujiku din, tapi sebenarnya tak ada orang yang pintar maupun bodoh loh, hanya saja semua itu diperoleh sejauh dan sekeras apa orang itu untuk menggali ilmu yang datang, kalau soal beasiswa di jepang itu kutolak karena aku masih mencintai negeri ini dan tentunya teman - temanku disini hehehe” tandas Rey dibalas dengan senyuman dari Gio dan Dinda.

*****
Perlombaan berjalan dengan lancar mulai dari lomba pidato, cipta karya tulis, futsal dan bulu tangkis bisa berjalan dengan baik. Begitupun dengan pembagian hadiah untuk pemenang lomba. Gio, Dinda dan Rey tengah bergegas untuk pulang kerumah mereka, ketika diperjalan mereka berhenti di sebuah halte bus dan mendapati seorang kakek tua yang nampak kelelahan tengah  sibuk menjajakan snack dan minuman yang dia jual.

“kek sepertinya kakek kelelahan ada yang bisa kami bantu kek”tawar Gio pada kakek itu

“tidak perlu nak, kakek nggak apa-apa kok” jawab kakek itu

“kakek nampak kelelahan, lebih baik kakek istirahat dulu, biar dagangan kakek kami yang jualkan” jelas Dinda

“tapi nak ..”

“tak apa kek, kami ikhlas justru kami akan merasa sedih jika kakek menolak tawaran baik kami” balas Rey dan dibalas anggukan lemah dari sang kakek. Gio, Dinda dan Rey langsung membagi dagangan kakek itu dan menjualnya dilokasi yang berbeda. Setelah 2 jam berlalu mereka kembali ke halte dimana sang kakek tengah menunggu.

“kek, ini hasil jualnya, alhamdullilah kek laku banyak meskipun tak habis”

“terima kasih ya nak kalian memang anak-anak yang pengertian”ucap sang kakek dengan senyum syukur tergores diwajahnya. Gio, dind dan Rey langsung membantu sang kakek dan mengantarkan kakek itu pulang kerumahnya yang tak jauh dari halte. Ketika sampai disana mereka terhenyak ketika memendang rumah sang kakek yang sebenarnya sudah tak layak huni. Kayu-kayu yg Reyot, dinding dari kayu yang mulai mengelupas ditambah ubin lantai rumah yang masih berupa tanah.

“kakek disini tinggal dengan siapa ?” tanya Dinda hati-hati.

“kakek tinggal sendiri karena putra kakek merantau ke sulawesi pasca orde reformasi 98”

“apa ? Jadi kakek dan putra kakek sudah lama terpisah, lalu apa kakek pernah berhubungan dengan putra kakek” ucap Gio terkejut mendengar penuturan sang kakek.

“ya pernah tapi jika ingin menelponnya ya kakek harus meminjam telefon tetangga dan terakhir kakek menghubunginya sekitar 6 bulan yang lalu” jelas sang kakek. Disisi lain Rey tengah sibuk mengelilingi rumah sang kakek melihat sebuah foto lama seorang pejuang muda yang nampak gagah dengan seragam PETA yang dikenakannya. Dan dibagian bawah foto itu terdapat sebuah tulisn bernama, “kusno waluyo”.

“kek maaf nama kakek siapa ya ?” tanya Rey yang mulai menyadari orang dan nama dalam foto itu.

“nama kakek kusno waluyo, dan nama kalian siapa ya?”

“perkenalkan kek nama saya Rey, dan mereka teman saya Gio dan Dinda” ucap Rey memperkenalkan Gio dan Dinda. “dan berarti benar ini adalah foto kakek?”sambung Rey sambil menyerahkan foto itu pada sang kakek

“ya ini memang saya, ini saya ketika saya masih mengikuti pertempuran PETA melawan penjajah usai kemerdekaan dulu ”

“berarti kakek adalah seorang pejuang” tebak Dinda dan dibalas anggukan dari sang kakek.

“lalu kenapa kakek tidak mendapat kompensasi dari pemerintah seperti  para pejuang yang lainnya”tanya Gio.

“nak .. Tidak semua para pejuang itu mendapat kompensasi atas kerja keras mereka dulu, mereka tak mengharapkan itu semua, yang mereka harapkan adalah kemenangan dan kebebasan dalam memerdekakan bangsa ini, termasuk kakek ini. Karena yang terpenting bagi kakek dulu adalah kemerdekaan bangsa dan tunas mudanya. Kami tahu dan rela jika esok kami harus tergerus waktu dan mulai terlupakan oleh generasi muda esok karena yang paling penting bagi kami adalah bangsa ini. Dan setelah ini kami hanya bisa menyerahkan bangsa dan negara ini kepada generasi penerus bangsa yang baru”

*****
“aku masih terfikirkan oleh kata-kata kakek kusno mengenai perasaan para pejuang dulu. Mereka tanpa pamrih dan tak mengenal takut berusaha untuk merebut kemerdekaan, bersusah payah melawan penjajah dan rela bertaruh nyawa demi terciptanya sebuah negara yang sekarang kita sebut indonesia ini” keluh Gio dalam perjalanan usai mengunjungi rumah kakek kusno.

“ya bukan hanya kau Gio, aku juga merasa demikian. Sebagai generasi penerus bangsa aku merasa tak mampu untuk menjaga apa yang mereka titipkan kepada kita” sambung Dinda.

“ya tapi pada dasarnya tak cukup jika kita saja yang mengembangkan bangsa ini. Kita tak mungkin bisa menjaga negara ini sendiri, seharusnya kita semua harus bekerja sama menjaganya.” ucap Rey membenarkan perkataan Dinda dan Gio.
 
“kita harus membuat para pemuda dapat menghargai apa yang telah pejuang dulu lakukan dengan cara menbantu mereka, karena sepertinya pejuang di sekitar komplek tempat tinggal pak kusno tadi cukup banyak” usul Dinda

Gio mengangguk menyetujui usul Dinda, namun tiba-tiba Rey mengusulkan sesuatu, “aku ada ide kemarilah biar kuberitahu”.

*****
Keesokan harinya, usai lomba hari kedua diadakan, Gio Rey dan Dinda tengah berkumpul membahas rencana merela kemarin.“ya untunglah kepala sekolah menyetujui usul OSIS untuk mengadakan acara amal dan bakti sosial untuk para pejuang yang kau usulkan itu Rey dan tadi juga disela-sela lomba rapat panitia juga banyak yang menyetujuinya,berarti kita tinggal survei lapangan dan buat surat pengajuan acara sekolah kepada RT setempat. Nanti Rey, kau ikut aku survei lapangan dan Dinda nanti tolong buat suratnya ya, biar nanti malam dapat langsung dikirim  kepada RT setempat dan acara dapat langsung diadakan besok”ucap Gio mengawali.

“ok sip, dengan begini para pemuda zaman sekarang tak kalah dari pemuda zaman dulu, meski ini hanya dalam lingkup sekolah tapi ini adalah permulaan yang cukup bagus” sahut Rey

“syukurlah kalau begitu, kakek kusno juga harus diberitahu juga ya, sepertinya nanti dia akan senang”, ucap Dinda merasakan sesuatu yang baik akan terjadi

“ya nanti biar aku dan Rey yang memberitahukan pada beliau”

*****
Keesokan harinya siswa dan siswi SMA Indonesia menuju kelokasi tempat diadakannya acara amal OSIS merek, acara itu terlihat ramai karena terbuka bagi siapapun. Dana sumbangan dikumpulkan untuk disumbangkan kepada para pejuang. Beragam penampilan ditampilkan dalam acara itu seperti dance, breakdance, menyanyi, bermain alt musik dan masih banyak lainnya karena acara itu terbuka bagi siapaun yang ingin melihat maupun menampilkan pertunjukan semenarik mungkin. Gio, Rey, Dinda, panitia dan anggota OSIS yang lain tersenyum melihat acara ini berjalan lancar dan ramai karena adanya antusiasme yang besar dari pihak luar juga. Tanpa diduga tiba-tiba Gio menuju ketengah acara dan menyambar mic yang ada.

“terima kasih untuk semua yang telah hadir dan berpartisipasi dalam acara amal ini baik dari pihak sekolah kami maupun pihak lain, acara ini kami adakan untuk menampilkan dan menunjukan bahwa generasi muda zaman sekarang juga hebat. Dengan pikiran dan ilmu yang kita miliki kita akan menjaga apa yang telah para pejuang negri ini titipkan kepada kami. sebagai pemuda-pemudi kita harus semangat melakukan kegiatan yang baik daripada melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, lebih baik kita berkarya dan menyalurkan apa yang kita bisa demi negeri ini. Apa kita tidak kasihan ?, Pejuang sudah berkorban seluruh jiwa dan raganya untuk negeri ini. Tanpa para pejuang negeri kita tidak akan merdeka dan mungkin kita sekarang masih dijajah oleh bangsa lain, ayolah mulai sekarang mari kita jadikan acara ini untuk sebagai ucapan rasa terima kasih kita untuk para pejuang negeri ini, dan kita tunjukkan bahwa generasi muda zaman ini tidak semuanya jelek akhlaknya dan tidak kalah dengan generasi muda zaman dulu. Kalau generasi muda dulu berjuang dengan darah dan keringatnya demi meraih kemerdekaan, mari kita tunjukkan bahwa generasi muda zaman sekarang bisa berkarya dan menyalurkan bakatnya demi memajukan negeri ini. Sekian terima kasih", tepuk tangan terdengar ketika Gio menyelesaikn pidato singkatnya, semangatnya mewakili generasi muda akhirnya merubah persepsi masyarakat tentang generasi pemuda sekarang. Acara mesih terus berlanjut hingga akhir acara dan diakhir acara panitia beserta osis memberikan dana amal itu kepada kek kusno dan para pejuan lain yang berada di sekitar komplek area tempat diadakannya acara. Dan akhirnya acara berjalan dengan lancar.

*****
Keesokan harinya, tepat pada tanggal 17 Agustus upacara kemerdekaan dilaksanakan di SMA Indonesia dengan tertib dan lancar. Sang saka merah putih berhasil dikibarkan dilangit biru diiringi lagu indonesia raya dan hormat dari para pemuda penerus bangsa. Kini kita sebagai generasi penerus bangsa yang harus kita lakukan adalah menjaga apa yang telah para pejuang titipkan kepada kita, bukan dengan keringat dan darah tapi dengan ilmu dan kemampuan diri untuk memajukan negeri ini ... INDONESIA!!!

  *****
Akhirnya Selesai Juga Cerpenku Buat Menyambut Momen Kemerdekaan, Ya Meskipun Telat Tapi Setidaknya Ada Niatan Dari Gw Buat Bikin Nih Cerpen. Yaudahlah Thanks Buat Yang Sudah Mau Baca Dan Tambahan Lagi, Karakter Disini Gw Ambil Dari Nama Cast AAI Biar Mudah Ngbayanginnya Yaitu Giorgino Abraham (Gio), Dante Valreand (Rei), Dan Dinda Hauw (Dinda) Hahahaha ... See You Guys!!!

Psychopat

By : Andy Kusuma
Psychopat
Naskah : andy kusumawardhani
Ide cerita : Momo angelina
Lolos moderasi pada : 29 Mei 2015
*****

Siang itu langit terlihat mendung,  koridor rumah sakit terlihat lengang, hanya beberapa suster jaga yang mondar  -mandir dari satu ruangan ke ruangan yang lain untuk memeriksa kondisi pasien.

"Selamat siang" sapa dokter Gita kala memasuki sebuah ruangan

"Siang dokter" jawab seorang cowok muda, badannya tegap berisi 
dengan beberapa tonjolan otot di badannya, tingginya sekitar 178 cm, 
wajahnya bisa dibilang sangat menawan, dengan warna  kulit khas penduduk Asia dan sebuah kacamata single yang dia kenakan.

“Baiklah Andy, kenalkan, 
nama saya Regita tapi kamu boleh panggil saya dokter Gita.  Saya di sini untuk mendengarkan kamu cerita jadi,  kamu boleh cerita apa saja pada saya, kamu maukan?” tanya Dokter Gita dengan sangat  ramah. Dokter Gita adalah anak dari Dokter kepala di Rumah Sakit  itu usianya baru menginjak 21 tahun,  wajahnya cantik dengan bibir tipis dan pipi yang agak berisi.

“Tapi saya tidak punya cerita yang akan saya bagi ke dokter” kata cowok yang  dipanggil Andy itu.
"baiklah, kita mulai dari bagaimana bisa kau berada disini?  padahal seharusnya kau sekolah ditingkat akhir SMA diumurmu yang ke-18  tahun ini kan?"

"saya tak tahu dok, mungkin karena mereka mengganggap saya gila sejak saya  kehilangan teman dan orang yang saya cintai"

"lalu kemana teman dan orang yang kau cintai itu sekarang?" tanya dokter Gita lembut

"mereka sudah mati" jawab Andy tanpa ekspresi.

"benarkah? bisa kau ceritakan bagaimana mereka itu menurutmu" tanya dokter Gita  sambil mulai menyalakan tape recorder yg dia persiapkan sebelumnya sementara  Andy mengangguk kecil tanda meng-iyakan ucapan dokter Gita.

****
"hey ndy nanti sore ayo kita pergi ke mall ya, temenin aku cari baju ya sekalian beliin  pacarku, maukan?" ucap ayu, sahabat terbaikku.

"iya" jawabku acuh. ayu adalah sahabat terbaikku, aku sebenarnya suka juga punya  sahabat yang peduli dan perhatian padaku sepertinya. namun tak jarang pula aku  benci padanya terutama jika menyangkut ego dan sifatnya yang kekanak-kanakan hingga membuat emosiku memuncak, dan aku juga merasa seperti  hanya seperti tangan kanan baginya. bukankah itu gila?

sore itu aku tak jadi mengantarnya dan membatalkan acara sepihak karena aku  sibuk mengurus tugas praktiku yang belum tuntas. ia sangat marah padaku meski  kujelaskan alasannya, tetap saja dia marah padaku. dengan emosi, kututup  panggilanku padanya tanpa peduli dia yg masih mengoceh diujung sana.

keesokan harinya aku mendapat kabar bahwa ayu tewas dibunuh dengan 2 luka  tusukan dileher dan perutnya oleh seseorang diarea taman sekitar mall,kejadian ini  terjadi karena diperkirakan dia tewas karena perampokan sebab barang berharga milik  ayu juga hilang.  mendengar kabar itu aku terkejut karena ia tak biasa pergi  sendiri kemall, pasti ada yang menemaninya namun sayangnya tak ada  yang tahu apa yg terjadi sebenarnya.

Hari berganti bulan, aku mulai bisa menjalani kehidupanku dengan normal, bayangan 
ayu yang slalu perduli padaku perlahan menyemu di benakku, meski aku sebenarnya  rindu pada sosoknya. Selain ayu, aku juga mempunyai beberapa teman yang lumayan  dekat denganku meski tak terlalu akrab, mereka adalah Dewa, Dennis dan Adi.

Kepada mereka sesungguhnya aku tak terlalu suka dengan sikap mereka,kecuali Dewa.  Dewa adalah leader organisasi ekskul sekolah, dia adalah sosok orang yang kucintai  meski kutahu dia straight. Dennis adalah teman sebangku-ku, sebenarnya  dia baik hanya saja terkadang dia suka menjailiku hingga membuatku kesal dan emosi.  sedangkan Adi adalah wakil dewa diekskul sekaligus sahabat terdekatnya, meski  terkadang mereka juga bertengkar hebat tapi ujung-ujungnya pasti bersatu lagi.  hanya saja yang tidak kusukai dari dewa dan adi yaitu mereka yang selalu kompak  entah itu dalam hal yang baik maupun kompak dalam  hal yang buruk meskipun sedikit. shit .. it's a pride yeah!

"di, entar kita nyerahin proposal eskul dulu kesekolah ya, biar gak ditunda-tunda mulu" kata dewa

"ok", ucap adi mengiyakan. terkadang aku merasa tak suka ketika kedekatan mereka  semakin terjalin, apalagi mereka kini menjadi ketua dan wakil di org-ekskul  sementara aku hanya sebagai seksi strategi perencanaan yang bertugas sebagai  perencana kegiatan ekskul.

"lebih baik kalian serahin aja kerumah pak arif sepulang sekolah, biar bisa langsung  dievaluasi. kan dia pembimbing ekskul yang baru" usulku pada dewa dan adi, mereka  terdiam sejenak namun tak lama kemudian mereka mengangguk berbarengan.

"ide bagus ndy, thanks ya" ucap adi sambil mengacungkan satu jempolnya kearahku,  aku tersenyum dan segera beranjak pergi menuju tempat parkir.

Keesokan harinya aku mendapatkan kabar bahwa Adi dan Dewa meninggal dalam sebuah  kecelakaan lalu lintas. sepeda motor milik dewa yang mereka kendarai ringsek masuk  jurang sementara dewa dan adi kabarnya meninggal karena terpental dari sepeda motornya usai menabrak sebuah pohon pinus dan langsung tewas ditempat kejadian.  aku terkejut mendengar kabar itu apalagi salah satunya adalah orang yang kucintai.

Apapun yang terjadi hidup harus tetap berlangsung. Itulah kata yang selalu terucap dari  seorang dimasa lalu ku. Kini aku mulai menata hidup ku lagi tanpa Ayu, tanpa Adi  dan Dewa. teman-teman yang kukagumi dan kini hanya ada Dennis.  Dennis adalah cowok yang baik namun ternyata jika sedang buruk ia tak ubahnya seekor  singa yang sedang mengintai dan kapan saja siap untuk menerkam mangsanya dari  segala arah. termasuk korbannya aku. akhir-akhir ini tiap hari dennis terus menjailiku,  aku hanya bisa bersabar. karena memang tak ada yang bisa kulakukan selain diam, dan  perilakunya ini padaku semakin membuatku benci padanya. Ironisnya beberapa hari  setelah aku mulai membencinya, dennis ditemukan meninggal dengan sebuah luka  tusukan dipunggung tepat dijantungnya dibangunan kosong belakang, entah siapa  yang membunuhnya dan sampai sekarang semuanya masih misteri.

hari kehari pun kulalu tanpa mereka, ekskul kami pun masih berjalan normal hanya saja  ketua pengganti dewa adalah teman sekelasku juga namanya Nur, cewek yang judes dan  galak. aku benci dia, karena menurutku orang seperti dia tak pantas berada di org-ekskul  ini, apalagi pengganti dewa yang kalem tapi tegas. hingga suatu hari org-ekskul  mengadakan perkemahan besar-besaran untuk semua anggota jurusan ekskul.  sayangnya semua ternyata tak berjalan mulus, dihari ke-2 Nur dinyatakan hilang  dan ternyata Nur ditemukan tewas dibawah tebing dihari ke-4.  kematiannya dinyatakan sebagai kecelakaan.

***
"Ketika mereka meninggal, apa yang kamu rasakan ?" tanya Dokter Gita lembut namun  keras. Andy tak menjawab ia masih menunduk sedih, "Kenapa kamu diam ?  apa yang kamu rasakan ketika mengetahui mereka meninggal ?” tanya Dokter Gita  lagi dengan nada suara yang mulai meninggi. "sahabatmu Ayu, orang yg kau cintai  Dewa, temanmu Dennis, Nur  dan Adi adalah  orang yang dekat denganmu,  apa yang kamu rasakan ketika mereka meninggal? katakan! dari ekspresimu ada  kesedihan yg terlihat meski kau tidak menyukai mereka”

wajah Andy tiba-tiba berubah,  matanya yang tadi lembut dan terlihat sedih kini berubah menjadi  tatapan tajam, dan ekspresinya yang tadi terlihat sedih kini berubah keras dan tanpa  ekspresi menyiratkan sebuah tanda tanya besar.

“mereka semua pantas untuk mati, mereka semua tak pernah menghargai keberadaanku,  Ayu nggak pernah menghargai aku sebagai sahabatnya, dan lebih mementingkan egonya  sendiri, dia hanya menganggap ku sebagai pesuruhnya. Dewa dan Adi, mereka selalu  membuatku nggak nyaman, mereka selalu bersama, kau tahu aku mencintai Dewa dan  cintanya itu tak akan pernah kumilikikan, jadi kufikir tak ada yang boleh memilikinya  selain aku, termasuk Adi. Dennis, dia itu cowok munafik, yang beraninya sama yang  lemah. sedangkan Nur, hm .. anggap saja aku adalah wakil dari orang-orang yang benci pada cewek sok kayak dia. ya jadi pantaslah kini mereka mati,  biarkan saja tubuh mereka terkubur dalam tanah dan perilaku mereka padaku hahaha .."

"jadi kau tahu siapa yang membuat mereka meninggal Ndy?” tanya Dokter Gita

"hahahaha tahu, itu semuakan karena aku Dok” jawab Andy dengan tawa riang,  hingga membuat dokter Gita terkejut

"lalu bagaimana cara kamu membunuh mereka ?” tanya Dokter Gita penasaran.

"malam harinya, saat ayu marah karena aku tidak jadi menemaninya ke mall sore tadi,   aku katakan padanya bahwa aku ingin menemuinya, dan akhirnya aku bisa menemuinya.  ketika didalam mobil Aku langsung menutup mulutnya dengan lakban dan mengunci  tangannya yang terus memberontak hahahaha, jeritannya benar benar indah” kata  andy santai, sementara dokter gita mulai bergidik ngeri.   "setelah menguncinya, aku mengeluarkan pisau yang telah kupersiapkan sebelumnya  di jok mobil dan menusukan pisau itu pada ayu tepat dilehernya dan diperutnya,  dia terlihat menangis tapi sepertinya tak sebanding dengan perlakuannya padaku,  yang paling bagus aku membuang mayatnya ditaman dan mengambil barang  berharganya untuk menghilangkan jejak sekaligus biar mereka mengira ayu  telah dirampok, tapi meski begitu barangnya tadi sudah kubuang kesungai.  bukankah itu drama yang bagus hahaha"

"lalu bagaimana kau bisa membunuh dewa dan adi dalam kecelakaan?"

"ya kalau itu karena aku memotong kedua kabel rem sepeda dewa, sekaligus  memanfaatkan jurang yang ada dilingkungan perjalanan menuju rumah pak arif, karena  itu aku menyuruh mereka kerumah pak arif bukan kesekolah. ya mungkin mereka  terlalu ngebut dan  braak nabrak deh hahahaha"

"bagaimana dengan dennis bukankah kau bilang kau tak bisa melawannya?  lalu bagaimana bisa kau membunuhnya?" tanya dokter gita

"ya dia memang sedikit susah tapi semuanya bisa kuatasi" jawab andy dengan senyum riang

"bagaimana bisa?"

"waktu itu waktu pulang sekolah kulihat dia pergi kebelakang sekolah, melihat itu  aku langsung mengambil tongkat balok dari dalam gudang dan ketika aku masuk  mendekatinya aku langsung memukul kepalanya 3 kali dan dia pun  jatuh tersungkur hahaha. yang hebatnya dia masih sadar meski sudah kupukul kepalanya dan berusaha melawanku  tapi dia gagal ketika aku menusukan 2 pisau yang sudah 
kusiapkan ditasku tepat  dipunggungnya sebanyak
 5 tusukan dan endingnya aku memindahkan mayat itu kegedung  kosong disebelahnya untuk menghilangkan jejak"

"dan yang terakhir, nur?"

"kalau dia sih kuculik ketika dia siap -siap mandi di danau, gak ada yang spesial sih dari nur dia cuma kudorong dari atas  tebing hingga jatuh kebawah dan M-A-T-I, mati hahaha, bagus kan dok?"

"baiklah, sekarang apa kamu menyesal telah membunuh mereka?" ucap dokter gita  pada andy, sementara andy hanya bisa diam.

****
hari ini genap 10 bulan andy mengunci diri disebuah villa yang telah dipersiapkan  orang tuanya setelah mengetahui anak mereka seorang psycho. kini andy terlihat  lebih fresh dari  10 bulan yang lalu akibat  terapi psikis yang telah dia jalani selama ini,  tapi meskipun begitu tak jarang pula dia merasa benci pada seseorang dan ingin menghilangkannya dari  muka bumi. dari kecil, andy sudah dididik keras oleh ayahnya,  dari kecil pula ia sudah  sendirian dan terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.  ia lebih sering dekat dengan  anak cewek hingga ia dicap banci oleh teman laki-lakinya hingga  tak jarang ia merasa marah dan mengamuk sendirian.  Setiap  kemarahan yang andy rasakan akan ia simpan hingga ada sesuatu hal yang dapat  memancing energi itu keluar  dan ketika energi itu keluar maka banyak hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi.

- The End –

Arrghhh…. Gomen ne!!! gw juga gk nyangka pake nama temen jadi gampang  ngebayanginnya wkwkwkwk yaudah buat temen-temen ane yang namanya  kecantol di cerpen gw ini … gomenasai karena karangan ini gak ada unsur  disengaja kok jadi kalo ada yang tersinggung sekali lagi gomen …  arigatou gozaimasu

- Copyright © Lullaby Devil - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -